Deputi Kemenko PMK: Pembentukan karakter perlu sinergi dari tiga pusat pendidikan

2 min read

Deputi-Kemenko-PMK-Pembentukan-karakter-perlu-sinergi-dari-tiga-pusat-pendidikan

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Mutu Pendidikan dan Koordinasi Modernisasi Keagamaan Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Sartono mengatakan sinergi orang tua, lembaga pendidikan formal dan masyarakat atau tiga pusat pendidikan diperlukan untuk membangun pendidikan karakter manusia Indonesia.

Hal itu disampaikan Agus dalam webinar Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia (UI)

Episode 3, ‘Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan’, Rabu (2 Juni 2021).
Baca juga:
Melihat! Registrasi beasiswa LPDP dan PTUD diperpanjang

Menurut Agus, pembentukan karakter dan sopan santun merupakan upaya untuk menjawab tantangan Industri 4.0 dan memaksimalkan bonus demografi 2020. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, usia produktif penduduk adalah 15-64 tahun, yaitu 70,72%. . Kondisi ini menempatkan Indonesia dalam masa bonus demografi.

Agus mengatakan bahwa pendidikan manusia Indonesia saat ini adalah masa depan bangsa. Karena itu, sinergi ketiga pihak diperlukan untuk memastikan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berkarakter, terutama pada masa bonus demografi.

“Paling tidak dari segi pendidikan dan kesehatan. Kita masih jauh dari itu,” kata Agus.

Ia menambahkan, pendidikan merupakan teknik sosial yang terencana untuk membentuk karakter dan membangun sopan santun. Untuk itu, sinergi ketiga pihak menjadi penting bagi pendidikan manusia Indonesia tidak hanya di usia produktif, tetapi bahkan sebelum lahir.

“Pendidikan tidak membuat orang pintar, pandai hukum, matematika, atau ekonomi. Tidak cukup. Harus punya karakter dan sopan santun,” kata Agus.

Agus mengatakan, dari sisi orang tua, mengasuh anak sejak pra-kelahiran dengan menjaga bahasa, psikologi dan keadaan ibu membantu anak tumbuh dewasa agar siap menghadapi proyeksi Indonesia 2035-2045 untuk merespon.

“Hal ini penting karena anak-anak yang tumbuh dalam kondisi kekerasan dan bullying

akan memiliki tantangan untuk tumbuh dengan baik,” kata Agus.

Ia menambahkan, jenjang pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dalam membentuk karakter seseorang. Sedangkan untuk pendidikan dasar dan menengah, seperti B. dari SD hingga SMA, memiliki porsi yang seimbang dalam pendidikan karakter dan kemampuan kognitif anak.

“Sekarang perguruan tinggi lebih banyak tentang pendidikan kognitif. Jadi untuk apa memberikan kuliah tentang pengembangan karakter jika tidak dipupuk sejak usia dini. Usia perguruan tinggi lebih bersifat kognitif,” kata Agus.

Agus mengatakan beberapa aspek pendidikan karakter yang perlu diajarkan adalah etos kerja, semangat kerja keras, orientasi pada proses daripada hasil, gotong royong dan integritas.

“Integritas adalah hal terpenting bagi kami untuk bekerja sama dengan baik. Maka kita tidak menjadi berorientasi pada hasil dengan mengabaikan proses yang benar. Juga untuk menikmati proses, semangat dan tidak mudah menyerah,” kata Agus.

Agus mengatakan integritas itu sederhananya adalah bentuk jujur ​​pada diri sendiri, yang baik dan benar.

“Kejujuran pada diri sendiri. Membangun karakter bukan hanya tentang mengetahui apa yang baik, tetapi juga ingin melakukan apa yang baik dan, yang lebih penting, melakukan apa yang baik berulang-ulang. Tanpa integritas, karakter tidak akan ada artinya.” , dia berkata.

Ia mengatakan, anak membutuhkan keteladanan dan keteladanan dari guru, yakni dari orang tua, guru di sekolah dan pengawas di tempat kerja.

“Perkenalkan apa yang baik dan benar. Integritas tumbuh dari kebiasaan yang diulang-ulang menjadi karakter. Ini adalah rangkaian proses pendidikan yang panjang. Pembentukan karakter tidak berhenti sampai ada yang meninggal,” kata Agus.

Sementara itu, Ketua MWA UI Saleh Husin mengatakan bahwa pendidikan formal dalam pendidikan masyarakat Indonesia harus bersinergi dengan industri, masyarakat, lembaga sosial, dan lembaga pemerintah atau swasta.

“Bagaimana (pendidikan formal) berperan dalam pembentukan karakter, bukan hanya kecerdasan,” kata Saleh dalam webinar yang sama.
Baca juga:
4 kesalahan umum saat menulis makalah akademik dan ejaan yang benar

Adapun pendidikan untuk masa depan bangsa, Rektor UI Ari Kuncoro mengatakan kegagalan penguasaan teknologi saat ini telah menyebabkan kemiskinan dalam pendidikan teknologi.

Menurut Ari, pandemi pendidikan yang menantang membutuhkan sinergi untuk menghadirkan terobosan-terobosan terkini

Baca juga :

nac.co.id
futsalin.id
evitdermaclinic.id
kabarsultengbangkit.id
journal-litbang-rekarta.co.id
jadwalxxi.id
gramatic.id
tementravel.id
cinemags.id
streamingdrama.id
snapcard.id
katakan.id
cpdev.id